Oleh: Mahasiswa Universitas Pamulang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fitri Nuraeni
Siberbanten.id – Generasi Z, kelompok individu yang lahir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam era digital yang pesat.
Mereka memiliki akses tak terbatas pada informasi dan teknologi, yang membentuk cara mereka belajar, berpikir, dan berinteraksi dengan dunia.
Namun, di balik potensi besar yang dimilikinya, generasi Z juga menghadapi sejumlah tantangan dalam dunia pendidikan.
Dinamika Pendidikan Generasi Z
Dinamika Pendidikan dikalangan Generasi Z bisa dikatakan sangat kompleks dan beragam, mulai dari perkembangan nya dalam pembelajaran berbasis digital, manajemen dalam belajar, Pengelolaan informasi dan juga perencanaan masa depan.
Secara signifikan, terdapat pada uraian berikut :
● Pembelajaran Digital. Generasi Z sangat terbiasa dengan teknologi digital. Mereka lebih cenderung belajar melalui video, permainan, dan platform online.
Hal ini mendorong sistem pendidikan untuk menyesuaikan dengan model pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis teknologi. Salah satu contoh penerapan nya di lingkungan perguruan tinggi ialah pembelajaran berbasis daring yang telah memanfaatkan platform pembelajaran seperti Google Meeting, Google Scholar, Zoom dan lain sebagainya.
● Multitasking. Salah satu dinamika Generasi Z ialah Multitasking yaitu pola perilaku yang sering mengerjakan beberapa pekerjaan (tugas akademik) secara sekaligus.
Kemampuan ini dapat menjadi keuntungan, tetapi juga dapat mengganggu konsentrasi dalam proses belajar. Sehingga kemampuan ini tidak dapat menentukan konsistensi dalam proses belajar.
● Pengelolaan Informasi dan Karir. Informasi yang tersedia begitu banyak, namun penting untuk dapat memilih informasi yang relevan dan akurat, hal tersebut menjadikan Generasi Z dihadapi pada tantangan pengelolaan informasi yang harus dipastikan kebenarannya dari sumber yang tepat, contoh tantangan nya ialah konten Praktis seperti di Platform Short video yang belum tentu semua konten dapat dinyatakan Faktual.
Generasi Z dalam perencanaan karir cenderung lebih tertarik pada pengembangan karir mereka sejak dini. Mereka menginginkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan menawarkan peluang yang lebih baik di masa depan. Seperti memilih pendidikan secara linear dari segmentasi Pendidikan Menengah atas ke Perguruan tinggi.
Problematika Pendidikan Generasi Z
Diantara perkembangan pola pemikiran dan Perilaku Generasi Z pada implementasi di bidamg Pendidikan, tentunya banyak sekali Problematika atau permasalahan yang muncul.
Dimulai dari kesenjangan digital, interaksi sosial dan FOMO (Fear Missing Out), secara signifikan terdapat pada uraian berikut :
● Kesenjangan Digital. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama ke teknologi dan internet. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran dan memperlambat kemajuan siswa yang kurang beruntung.
Perbedaan dalam akses teknologi terkadang sangat terlihat jelas, terutama pada beberapa daerah di Indonesia yang perkembangan teknologi nya belum merata
● Kurangnya Interaksi Sosial. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengurangi interaksi sosial siswa dengan teman sebaya dan guru. Hal tersebut dapat memengaruhi perkembangan emosional dan sosial generasi Z.
Selain itu, kurangnya interaksi juga telah dipengaruhi oleh Pandemi Covid-19 pada beberapa tahun silam, yang dimana siswa terbiasa dengan interaksi secara djgital tanpa secara langsung (tatap muka), sehingga secara terus menerus menghasilkan interaksi yang berbeda pasca Pandemi Covid-19.
● FOMO (Fear of Missing Out). Tekanan untuk tetap terhubung dengan dunia maya dan mengikuti tren terkini bisa menimbulkan stres dan kecemasan pada generasi Z. Generasi Z pun memiliki Gangguan yang berupa Pemberitahuan dari ponsel, media sosial, dan game online sering mengganggu proses belajar.
Hal tersebut sangat menentukan pola perilaku kecanduan pada teknologi digital secara penggunaan dan interaksi yang terus-menerus berdampak besar.
Untuk mengatasi masalah pendidikan generasi Z, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, orang tua, dan siswa.
Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:
● Integrasi Teknologi. Memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, seperti e-learning, pembelajaran berbasis proyek, dan penggunaan aplikasi pendidikan.
Salah satu contoh nya ialah tenaga pendidik yang dapat memberikan Media Pembelajaran berbasis teknologi, tidak hanya berupa buku cetak atau bahan bacaan semata
● Pengembangan Keterampilan Abad 21. Membekali siswa dengan keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Selain keterampilan pada siswa, yang tak kalah penting pun ialah mengembangkan keterampilan pada guru, agar tercapai tujuan Pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek Kognitif, afektif dan Efisien.
● Pendidikan Karakter. Menanamkan nilai-nilai moral dan etika sejak dini untuk membentuk generasi muda yang berkarakter. Hal ini dilakukan agar Generasi Z mampu memahami dan menerapkan etika dan moral sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Masyarakat.
Contoh dasar nya ialah mengajarkan siswa agar menerapkan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan dan santun).
● Kerjasama Orang Tua dan Lembaga Pendidikan. Membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah untuk mendukung proses pembelajaran siswa.
Tujuan daripada kerjasama ini tentunya agar pendidikan di dalam keluarga secara moral dan etika, mampu menjadi dasar untuk pendidikan di lingkungan akademik (sekolah) demi kelancaran proses perkembangan sikap dan kognitif pada Siswa khususnya Generasi Z.
Generasi Z adalah generasi yang penuh potensi baik secara akademik maupun non akademik. Dengan memberikan pendidikan yang relevan dan berkualitas, Pemerintah dan masyarakat dapat membantu mereka mencapai kesuksesan dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Namun, kita perlu menyadari tantangan yang dihadapi dan bekerja sama mencari solusi yang tepat.


